Tuesday, August 18, 2009

008

Berkata Rumi -

“Betapa mulia dan pengasihnya Allah! Dia mengunci rapat-rapat telinga mereka yang mendengarkan dan tidak memahami, menentang tetapi tidak belajar apa pun. Allah itu sungguh pengasih, Murka Nya adalah anugerah, dan bahkan penguncian Nya juga anugerah. Tetapi penguncian Nya bukan apa-apa bagi pembukaan Nya, kerana keagungan itu tidak dapat dijabarkan. Jika aku hancur berkeping-keping, pastilah melalui rahmat dan pembukaan Allah”.

Jika seorang pejalan tersadung sebuah batu di jalan mereka 700 tahun lalu, dan dari peristiwa ini mengubah arah hidup mereka, kita barangkali menyimpulkan batu itu hanyalah satu kebetulan. Tetapi jika batu yang sama itu menghalangi ribuan orang, selama berabad-abad, masing-masing menjauh dengan pesan yang berbeda dan hikmah yang berbeda, maka dapatkah kita menyebut ini sebagai kebetulan?

Ketika orang-orang bodoh tersandung, mereka bangun dan berjalan lagi seolah olah tidak terjadi apa-apa. Seorang bijak akan menemukan makna lebih besar atas kejatuhan mereka. Tetapi sebuah batu yang menyandung para pelancong dalam setiap zaman, setiap waktu menyebarkan sebuah makna yang berbeda, itu bukan sekadar batu. Itulah Tuhan.

[dipetik dari wacana-wacana rumi : FIHI MA FIHI]